Mark Zuckerberg: AI Bisa Jadi Solusi untuk Atasi Kesepian
Zuckerberg meyakini bahwa AI bisa menjadi pendengar yang selalu ada. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai terapis terjangkau

Showbizline – Di era di mana chatbot AI sudah menjadi asisten digital sehari-hari, Mark Zuckerberg melihat potensi lebih besar, ‘Bagaimana jika AI bisa menjadi teman atau bahkan terapis bagi mereka yang kesepian?’
Dalam podcast bersama Dwarkesh Patel baru-baru ini, CEO Meta ini mengungkap data mengejutkan bahwa rata-rata orang Amerika hanya memiliki kurang dari 3 teman dekat. Sementara sebagian besar menginginkan lebih banyak koneksi sosial.
“Ada banyak hal yang lebih baik tentang koneksi fisik jika kalian bisa mendapatkannya. Tapi kenyataannya, banyak orang yang tidak memiliki hubungan dan merasa kesepian,” ujar Zuckerberg.
AI sebagai Pendamping Digital
Zuckerberg meyakini bahwa AI bisa menjadi pendengar yang selalu ada. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai terapis terjangkau dan juga mampu memahami pengguna seperti algoritma media sosial.
“Ini seperti seseorang yang bisa diajak bicara… tentang masalah apapun. Untuk orang yang tidak mampu ke terapis, AI bisa jadi solusi,” tambahnya dalam wawancara dengan Ben Thompson.
Meta sedang Mempersiapkan Apa?
Konsep ini bukan sekadar wacana. Meta sudah mengembangkan AI personal yang mengenal pengguna seperti algoritma Instagram/TikTok. Kemudian sistem pendukung kesehatan mental berbasis AI.
Chatbot pendamping dengan kemampuan percakapan mendalam juga menjadi bagian yang dipersiapkan olehnya.
Namun, para ahli kesehatan mental seperti Dame Til Wilkes memperingatkan jika AI belum mampu memberikan terapi yang tepat. Ditakutkan adanya risiko saran yang tidak akurat atau bahkan berbahaya.
Belum ada empati manusiawi yang sesungguhnya dari AI bila dijadikan sebagai penasihat personal.
“AI saat ini cenderung memberikan nasihat yang tidak tepat,” tegas Wilkes kepada The Guardian.
Masa Depan Hubungan Manusia-AI
Zuckerberg mengakui adanya stigma dalam hubungan manusia-AI, tapi optimis. Menurutnya akan ada nilai tambah yang AI dalam kehidupan manusia.
“Seiring waktu, orang rasional akan melihat nilai tambah AI dalam kehidupan mereka.”
Pertanyaan besarnya: Bisakah teknologi benar-benar mengisi kekosongan hubungan manusia? Atau justru membuat kita semakin terisolasi?