Home Feature & Community Vasektomi, Kontrasepsi Pria yang Masih Menuai Pro Kontra
Feature & Community

Vasektomi, Kontrasepsi Pria yang Masih Menuai Pro Kontra

Apa sebenarnya vasektomi, dan mengapa masih menjadi "aib" bagi sebagian pria Indonesia? Berikut penjelasan lengkap beserta pro-kontranya.

Prosedur Vasektomi (Istimewa)

Showbizline – Di Indonesia, pembicaraan tentang kontrasepsi masih kerap berfokus pada metode untuk perempuan, seperti pil KB, IUD, atau suntik. Padahal, ada opsi lain yang efektif dan permanen yaitu vasektomi.

Meski sudah dikenal puluhan tahun, metode kontrasepsi pria ini masih jarang dipilih. Data BKKBN menunjukkan, dari 1,4 juta akseptor KB aktif di 2022, hanya 0,2% yang memilih vasektomi.

Apa sebenarnya vasektomi, dan mengapa masih menjadi “aib” bagi sebagian pria Indonesia? Berikut penjelasan lengkap beserta pro-kontranya.

Apa Itu Vasektomi?

Vasektomi adalah prosedur bedah minor untuk memotong atau menutup saluran vas deferens—saluran yang membawa sperma dari testis ke uretra. Tanpa saluran ini, sperma tidak bisa keluar saat ejakulasi, sehingga memastikan kehamilan tidak terjadi.

Prosedur yang dilakukan adalah dengan bius lokal, hanya butuh 15–30 menit. Kemudian juga tanpa rawat inap, pasien bisa pulang setelahnya. Untuk efektivitasnya mencapai 99% setelah 3 bulan (setelah tes sperma negatif).

Catatan pentingnya adalah vasektomi tidak memengaruhi hormon, hasrat seksual, atau kemampuan ereksi. Cairan ejakulasi tetap keluar normal, hanya saja tanpa sperma.

Pro Vasektomi: Efektif & Minim Risiko

  1. Kontrasepsi Permanen yang Praktis

Disebutkan bahwa vasektomi tidak perlu rutin minum obat atau kontrol berkala seperti metode KB hormonal.

“Vasektomi lebih sederhana dan risiko komplikasinya lebih rendah dibanding tubektomi pada perempuan,” jelas dr. Gatot Nurmatto, Sp.OG, seperti dikutip dari Kompas.

  1. Bebas dari Efek Samping Hormonal

Berbeda dengan pil KB atau suntik yang bisa memengaruhi mood dan metabolisme, vasektomi tidak mengganggu keseimbangan hormon testosteron.

  1. Mengurangi Beban Reproduksi Perempuan

Vasektommi dianggap sebagai salah satu wujud tanggung jawab bersama antara pria dan perempuan, dalam hal reproduksi.

“Selama ini beban kontrasepsi lebih banyak ke perempuan. Vasektomi bisa jadi solusi berbagi tanggung jawab,” ujar aktivis kesehatan reproduksi, Nanda Dwinta, dalam wawancara dengan Tirto.

Kontra Vasektomi: Stigma & Ketakutan

  1. Mitos: ‘Bukan Laki Lagi’

Banyak pria khawatir vasektomi akan mengurangi kejantanan. Padahal, seperti dijelaskan Alodokter, vasektomi tidak memengaruhi produksi sperma (hanya menghalangi jalurnya) atau menurunkan libido.

  1. Ketakutan akan Nyeri & Komplikasi

Meski risikonya kecil, beberapa orang mengkhawatirkan pembengkakan atau memar sementara di area skrotum.

Adanya infeksi juga menjadi ketakutan tersendiri, meski secara medis jarang terjadi jika perawatan pascaoperasi diikuti dengan benar.

  1. Tidak Bisa Dibalik (Reversibel) dengan Mudah

Vasektomi sebenarnya bisa dipulihkan lewat operasi rekanalisasi, tetapi biayanya mahal (mulai Rp15–30 juta). Kemudian juga, tingkat keberhasilannya hanya 30–70%, tergantung lama vasektomi.

Vasektomi di Indonesia: Antara Kebijakan & Realita Sosial

Pemerintah sebenarnya aktif promosikan vasektomi lewat program KB Pria, bahkan menggratiskan biayanya di puskesmas. Namun, menurut BKKBN, rendahnya minat disebabkan oleh:

  • Faktor budaya: Konsep “lelaki sejati” yang harus punya keturunan.
  • Kurangnya edukasi: Banyak yang mengira vasektomi sama dengan dikebiri.
  • Peran tenaga kesehatan: Dokter jarang menawarkan vasektomi sebagai opsi utama.

Pandangan Agama Islam tentang Vasektomi

Secara umum, Islam menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan sebagai bagian dari keberlangsungan umat manusia. Oleh karena itu, metode kontrasepsi yang bersifat permanen, seperti vasektomi, dianggap bertentangan dengan prinsip tersebut.

Dalam Islam, vasektomi yang merupakan prosedur medis yang bertujuan untuk mencegah kehamilan secara permanen, merupakan topik yang cukup kontroversial.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa vasektomi hukumnya haram, kecuali dalam kondisi tertentu yang memenuhi syarat ketat.

MUI memberikan pengecualian dalam beberapa kondisi tertentu, seperti:

  • Vasektomi dilakukan bukan untuk tujuan yang bertentangan dengan syariat Islam.
  • Tidak menyebabkan kemandulan permanen.
  • Ada jaminan medis bahwa rekanalisasi (pemulihan fungsi reproduksi) bisa dilakukan.
  • Tidak menimbulkan mudharat bagi pelakunya.
  • Tidak dimasukkan dalam program kontrasepsi mantap yang bersifat permanen.

Fatwa MUI mengenai vasektomi pertama kali dikeluarkan pada tahun 1979, yang menyatakan bahwa prosedur ini haram karena dianggap sebagai bentuk pemandulan. Namun, seiring perkembangan teknologi medis yang memungkinkan rekanalisasi, fatwa ini mengalami revisi pada tahun 2012.

Ketua MUI Bidang Fatwa, KH Asrorun Ni’am Sholeh, menegaskan bahwa vasektomi tetap haram kecuali ada alasan syar’i yang kuat, seperti kondisi kesehatan yang mengancam jiwa.

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Abdul Muiz Ali, juga menyatakan bahwa metode ini tidak boleh dikampanyekan secara terbuka tanpa informasi yang transparan mengenai biaya dan potensi kegagalan rekanalisasi.

Previously

Gaya Kasual Chic ala Enzy Storia dengan Celana Barrel, Inspirasi Fashion Simpel Tapi Stylish

Next

Rowan Atkinson, Si Mr. Bean yang Juga Raja Otomotif dengan Koleksi Mobil Mewah yang Tak Terduga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Showbizline
advertisement
advertisement