Home Trending Fenomena Aura Farming, Tren Baru di Media Sosial yang Mengundang Pro dan Kontra
Trending

Fenomena Aura Farming, Tren Baru di Media Sosial yang Mengundang Pro dan Kontra

Menurut pembahasan viral di TikTok sejak akhir 2023, aura farming dilakukan dengan cara menonjolkan sisi-sisi terbaik dari diri seseorang.

Aura Farming trending di media sosial (Istimewa)

Showbizline – Dalam era digital seperti sekarang, apa yang tampak di layar sering kali jauh dari kenyataan.

Salah satu fenomena yang tengah ramai diperbincangkan di TikTok dan Instagram adalah aura farming.

Istilah yang merujuk pada aktivitas menciptakan atau menampilkan vibe positif secara intens dan berulang agar dianggap menarik oleh orang lain.

Menurut pembahasan viral di TikTok sejak akhir 2023, aura farming dilakukan dengan cara menonjolkan sisi-sisi terbaik dari diri seseorang.

Mulai dari cara berpakaian yang estetis, cara bicara yang lembut, cara tersenyum yang dibuat seolah alami, hingga bagaimana seseorang bersikap manis dalam situasi tertentu.

Tujuannya yaitu untuk mendapatkan validasi sosial, simpati, atau sekadar likes dan komentar positif.

Bagaimana Aura Farming Bekerja?

Aura farming bukan hanya soal tampilan visual, tapi juga tentang membangun narasi diri yang ideal: cerdas tapi rendah hati, cantik tapi tidak sombong, kalem, spiritual, dan “berenergi positif”.

Beberapa konten kreator bahkan menggunakan filter tertentu, musik instrumental yang menenangkan, dan kutipan bijak untuk menambah kesan “aura”-nya.

Sejumlah pengguna mengaitkan tren ini dengan teknik manifestasi dan law of attraction, di mana mereka percaya bahwa energi yang mereka tampilkan akan menarik hal-hal baik dalam hidup.

Namun, sebagian lainnya melihat fenomena ini sebagai bentuk persona palsu yang bisa menyesatkan.

Pro dan Kontra Aura Farming

Tren aura farming memang menuai beragam reaksi. Di satu sisi, ada yang melihatnya sebagai bentuk afirmasi diri dan cara positif untuk membangun kepercayaan diri.

Menurut psikolog klinis Inez Kristanti, seperti dikutip dari Kompas.com, “Apa yang dipamerkan di media sosial tidak selalu buruk, selama tidak menjadi satu-satunya sumber identitas diri.”

Namun di sisi lain, tren ini juga bisa membentuk tekanan sosial baru, khususnya bagi generasi muda.

Banyak yang akhirnya merasa harus selalu terlihat ‘baik’ di media sosial, bahkan jika sedang tidak dalam kondisi tersebut.

Hal ini dikhawatirkan bisa menimbulkan gangguan kepribadian, atau lebih jauh lagi, krisis identitas.

Apakah Aura Farming Salah?

Sebenarnya tidak. Menjadi versi terbaik dari diri sendiri bukanlah hal buruk, bahkan itu bisa menjadi langkah awal menuju perubahan positif.

Namun, yang perlu diwaspadai adalah ketika citra tersebut mulai menggantikan realita. Saat seseorang terlalu terobsesi pada validasi eksternal, maka ia berisiko kehilangan jati diri dan mengalami kelelahan emosional.

Seperti yang dikatakan oleh seorang pakar komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Dr. Devie Rahmawati.

“Media sosial memang lahan untuk bertumbuh, tetapi jangan sampai kita tumbuh dengan akar yang rapuh karena terlalu sering menyiram aura palsu.”

Bijak dalam Menyiram Aura

Aura farming bukan tren yang sepenuhnya buruk. Dalam dosis yang sehat, membangun energi positif dan memancarkannya ke luar bisa menjadi bentuk self-love dan pertumbuhan diri.

Namun ketika hal itu berubah menjadi ajang pencitraan yang melelahkan, maka saatnya kita bertanya—apakah kita masih menjadi diri sendiri, atau sekadar versi yang ingin dilihat orang lain?

Previously

Fakta Menarik Film Jurassic World: Rebirth - Dari Lokasi Syuting, Teknologi, dan Cerita di Balik Layar

Next

Nadin Amizah Ungkap Kekesalan atas Tindakan Tak Pantas Penonton Saat Konser

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Showbizline
advertisement
advertisement