Bittersweet of Life Enzy Storia: Kisah Pedih Mendalam-Ingin Menyerah, Temukan Mukjizat dan Kebahagiaan

Showbizline – Perjalanan hidup manusia selalu ditempuh melalui kisah suka dan duka, tawa dan air mata. Demikian pula yang dialami oleh Enzy Storia, seorang artis dan perempuan kuat yang menghadapi berbagai cobaan hidup sejak kecil.

Dari luka batin akibat perpisahan orang tua, perundungan yang menyakitkan, hingga perjuangan melawan penyakit autoimun yang hampir merenggut masa depan, Enzy menjalani semuanya dengan penuh ketabahan.

Kini, di puncak karier dan kebahagiaan keluarganya, kisah hidup Enzy Storia menjadi inspirasi yang mengajarkan bahwa dalam setiap rintangan, selalu ada harapan.

Awal Hidup yang Penuh Perubahan dan Luka

Enzy lahir dari keluarga berdarah Aceh dan Polandia, di mana kedua orangtuanya menikah beda agama. Cerita hidupnya berubah sejak usia lima tahun ketika sang ayah meninggalkan keluarga karena perbedaan agama ini menyebabkan konflik yang tak kunjung usai.

“Aku terakhir ketemu papa waktu aku umur enam tahun. Dia cium jidatku, tapi setelah itu perpisahan terjadi tanpa kata-kata perpisahan yang jelas,” ucap Enzy penuh emosi di kanal YouTube Daniel Mananta Network.

Kehadiran ayah yang pergi membawa luka mendalam, namun Enzy adalah tipe anak yang menerima apa adanya dengan hati terbuka. Namun, perjalanan tidak mudah. Ia dan ibunya berpindah rumah, menjalani kehidupan sederhana penuh perjuangan.

“Aku dibawa oleh mbakku ke tempat lain saat kecil, dan setelah itu aku hanya berdua dengan mama. Mama-nya nggak pernah cerita detail, tapi aku memilih untuk terima saja,” kenangnya.

Menghadapi Perundungan dan Identitas yang Berbeda

Bersama ibunya yang berjuang membesarkannya seorang diri, Enzy mengalami masa kecil yang penuh tantangan sosial. Karena wajahnya yang berbeda—kulit putih ala blasteran—ia menerima stigma dan perundungan dari lingkungan sekitar.

“Aku sering dikatain ‘bule kampung’, sampai aku sempat nggak mau ngomong bahasa Inggris lagi karena merasa berbeda dan diasingkan,” ungkapnya.

Bahkan, adiknya yang berlainan warna kulit juga menjadi sasaran komentar pedas. Situasi rumah yang sering tegang karena tekanan hidup dan perubahan keluarga membuat Enzy harus tumbuh cepat.

Peran sebagai kakak sekaligus pendamping ibunya yang sedang berusaha bangkit dari masa sulit menjadi beban yang harus ia pikul sejak dini.

Cobaan Terberat: Penyakit Autoimun dan Keterbatasan Fisik

Saat memasuki masa SMA, cobaan hidup Enzy semakin berat. Pada usia 17 tahun, ia didiagnosis menderita penyakit autoimun, rheumatoid arthritis (RA), yang menyebabkan kakinya membengkak dan sangat sakit.

“Kaki kiri aku bengkak banget, sampai aku jalan pincang. Rasanya kayak seluruh badan sakitnya berkali-kali lipat dibanding habis olahraga berat,” ceritanya.

Awalnya, Enzy menyangkal dan menutup-nutupi kondisinya, takut menjadi beban dan tidak ingin dianggap lemah. Namun, penyakit itu semakin menghambat aktivitasnya, bahkan menyulitkan dia bersekolah dan menjalani kehidupannya sehari-hari.

“Aku buru-buru ke dokter, dan setelah tes lab dua minggu sekali, aku akhirnya tahu aku mengidap RA. Aku sempat depresi berat, ngerasa nggak punya harapan, pengen berhenti saja,” ungkapnya.

Keterbatasan fisik menyakitkan dan ketidakpastian masa depan kuliah maupun karier sempat membuat Enzy mengalami pergolakan batin yang dalam. Tapi, di saat tergelap itu, ia mulai berbicara lebih dekat dengan Tuhan, menata kembali niat dan harapannya.

Titik Balik: Pasrah dan Berjalan Bersama Harapan

Dalam proses berjuang melawan penyakitnya, Enzy menemukan ketenangan dengan menyerahkan segala pergumulan kepada Tuhan.

“Aku berhenti bertanya kenapa, dan mulai menerima. Aku yakin segala cobaan ini ada maksud baik dari Tuhan,” katanya dengan penuh keyakinan.

Ia percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkannya. “Aku sering minta hal-hal kecil ke Tuhan, seperti mainan waktu kecil, dan Tuhan selalu menjawab doa itu lewat cara yang nggak terduga. Aku merasakan Tuhan sangat baik dan selalu mendukungku,” ujar Enzy penuh haru.

Di titik terendahnya, Enzy memilih berserah diri. Ia berdoa dengan tulus, meminta kekuatan untuk bertahan. Dan Tuhan menjawabnya dengan cara yang tak terduga.

Suatu hari, ia mendapat tawaran syuting iklan besar, tetapi kakinya masih bengkak. Ia pun memohon dalam salat malam atau tahajud yang dilakukannya.

“Ya Allah, aku butuh uang ini. Mungkin gak sih, sekali aja, aku gak pincang besok?” katanya mengenang.

Keesokan harinya, mukjizat terjadi. Saat bangun tidur, rasa sakit itu hilang. “Aku jalan ke kamar mandi gemeteran, nangis. Aku gak percaya. Setahun setengah pincang, tiba-tiba sembuh. Padahal aku cuma minta sehari, tapi dikasih-Nya sampai sekarang,” ucapnya berkaca.

Sejak saat itu, Enzy tak pernah pincang lagi. Penyakit autoimunnya memasuki fase remisi, dan ia pun memulai babak baru dalam hidupnya.

“Aku nangis karena bersyukur, rasanya kayak Tuhan memberiku satu hari tanpa sakit—dan sampai sekarang, aku nggak pernah pincang lagi,” kenangnya.

Mimpi yang Mulai Terwujud: Kuliah dan Kebahagiaan Keluarga

Meski sempat gagal masuk perguruan tinggi impian karena kondisi ekonomi keluarga dan kesehatannya, Enzy tak menyerah. Ia mencari jalan lain dengan bekerja di dunia periklanan dan hiburan.

“Aku terima tawaran iklan waktu SMA, itu modal aku untuk berobat dan membantu adik,” ujarnya.

Enzy juga berkomitmen sejak awal untuk membahagiakan orangtuanya dan adiknya yang menjadi sumber kekuatan sekaligus penyemangatnya.

“Adikku adalah harapanku. Dia yang bikin aku nggak pernah nyerah, walau aku sempat mikir untuk menyerah saat kecil,” tuturnya dengan senyum penuh arti.

Hubungan Enzy dengan ibunya pun membaik seiring waktu. Setelah mengalami masa-masa sulit dan miskomunikasi, mereka berhasil menyelesaikan masalah batin dan berdamai.

“Aku memaafkan mama, aku tahu dia juga punya beban sendiri. Aku ingin jadi ibu yang bisa kasih sayang penuh ke anak-anakku kelak, beda dari yang aku rasakan dulu,” katanya.

Karier Gemilang dan Kebahagiaan Pribadi

Kini, Enzy Storia telah memiliki karier cemerlang di dunia hiburan. Kesuksesan ini menjadi buah manis atas perjuangan panjangnya yang penuh liku.

Tidak hanya itu, Enzy juga menjalani kehidupan rumah tangga bahagia dengan suami seorang diplomat muda, yang menjadi sumber kebahagiaan dan kekuatan baru.

Ia melihat hidup sebagai perjalanan yang berputar—ada waktu jatuh, ada waktu bangkit. Hidup itu bittersweet, ada air mata dan tawa, sementara dunia terus berputar.

“Yang penting kita terus maju dan percaya bahwa ada harapan di balik setiap kesulitan,” pesan Enzy.

Pelajaran Hidup dan Inspirasi dari Perjalanan Enzy

Kisah Enzy Storia adalah bukti nyata bahwa manusia mampu bangkit dari segala kesulitan jika memiliki keteguhan hati, dukungan keluarga, dan keyakinan spiritual yang kuat.

Perjalanannya mengajarkan bahwa cobaan hidup bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pintu untuk memahami makna kehidupan lebih dalam dan menemukan kekuatan dari dalam diri sendiri.

“Aku gak akan jadi Enzy yang sekarang kalau aku gak pernah mengalami itu semua. Tuhan itu baik banget, dan aku percaya Dia nggak pernah ninggalin aku,” demikian Enzy.

Pesan ini menyentuh hati banyak orang yang mungkin sedang menghadapi masa sulit. Bahwa di balik kekuatan ada kelemahan, dan di balik kegelapan selalu ada cahaya yang menanti untuk ditemukan.

Adalah Sebuah Pahit Manis Kehidupan

Perjalanan hidup Enzy Storia adalah gambaran nyata dari “bittersweet of life” — campuran rasa pahit dan manis yang membentuk siapa kita. Dari awal yang penuh perjuangan, perundungan, rasa sakit karena penyakit, sampai akhirnya ia mampu berdiri tegak dan mencapai impian.

Ia membuktikan, bahwa dengan ketabahan, keikhlasan, dan dukungan dari orang-orang terkasih, hidup bisa menjadi lebih baik.

Kisah Enzy bukan hanya inspirasi, tapi juga pengingat bahwa setiap pengalaman, betapa pun sulit, memiliki nilai dan makna yang tak ternilai.

Dunia terus berputar, dan setiap kita punya kesempatan untuk bangkit dan menulis cerita baru yang penuh harapan dan cinta.