Home Feature & Community Fenomena Yapping, Dari Konotasi Negatif hingga Tren Komunikasi Digital
Feature & Community

Fenomena Yapping, Dari Konotasi Negatif hingga Tren Komunikasi Digital

Kata ini awalnya memiliki konotasi negatif, tetapi seiring waktu, maknanya mulai bergeser dan bahkan menjadi bagian dari tren komunikasi di dunia maya.

Showbizline – Di era digital yang semakin berkembang, istilah yapping menjadi salah satu bahasa gaul yang sering digunakan di media sosial seperti TikTok dan X (Twitter).

Kata ini awalnya memiliki konotasi negatif, tetapi seiring waktu, maknanya mulai bergeser dan bahkan menjadi bagian dari tren komunikasi di dunia maya.

Asal Usul Kata Yapping

Menurut Oxford English Dictionary, kata “yap” pertama kali muncul pada tahun 1600-an sebagai kata benda yang digunakan untuk mendeskripsikan suara anjing kecil.

Seiring waktu, istilah ini mengalami pergeseran semantik, berubah menjadi kata kerja yang menggambarkan suara gonggongan anjing yang melengking.

Pada 1800-an, kata ini mulai digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berbicara tanpa henti.

Di dunia musik, istilah yapping juga sempat digunakan oleh rapper terkenal seperti Jay-Z dan Nas dalam lagu-lagu mereka pada 1990-an.

Namun, baru pada 2023, istilah ini kembali populer di media sosial sebagai bagian dari bahasa gaul generasi muda.

Makna Yapping di Media Sosial

Menurut Urban Dictionary, yapping didefinisikan sebagai seseorang yang berbicara panjang lebar tanpa memperhatikan situasi dan audiensnya.
Tren Yapping yang populer di media sosial (Istimewa)

Menurut Urban Dictionary, yapping didefinisikan sebagai seseorang yang berbicara panjang lebar tanpa memperhatikan situasi dan audiensnya.

Hal ini sering kali membuat pendengar merasa tidak tertarik atau bahkan kesal. Istilah ini mulai digunakan secara luas di media sosial sebagai cara untuk menyindir orang yang terlalu banyak bicara tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

Di platform seperti TikTok, istilah yapping sering muncul dalam komentar video yang menampilkan seseorang berbicara tanpa henti.

Contohnya, komentar seperti “What is he yapping about?” atau “Apa yang sedang dia bicarakan?” sering digunakan untuk merendahkan opini pembicara yang dianggap tidak relevan.

Perubahan Konotasi Yapping

Meskipun awalnya memiliki makna negatif, semakin banyak pengguna media sosial yang mulai merebut kembali istilah yapping dan mengubah konotasinya menjadi lebih positif.

Beberapa kreator bahkan menyebut diri mereka sebagai “yapping boy” atau “yapping girl”, memperkenalkan konten mereka sebagai “sesi yapping” yang berisi diskusi panjang tentang berbagai topik.

Selain itu, media sosial juga melahirkan variasi baru dari istilah yapping, seperti:

“Yapanese” – ketika seseorang berbicara begitu cepat dan panjang lebar hingga terdengar seperti bahasa asing.

“Yapathon” – ketika seseorang berbicara tanpa henti dalam waktu yang lama, seperti maraton percakapan.

Dampak Yapping dalam Komunikasi Digital

Fenomena yapping mencerminkan perubahan cara komunikasi di era digital. Dengan semakin banyaknya platform berbasis video dan audio, orang-orang lebih sering berbicara panjang lebar untuk menyampaikan opini mereka.

Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan dalam komunikasi, terutama dalam menjaga keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan.

Di satu sisi, yapping bisa menjadi bentuk ekspresi diri yang kreatif dan menghibur. Namun, di sisi lain, jika dilakukan secara berlebihan, bisa membuat percakapan menjadi tidak efektif dan menghambat interaksi yang sehat di media sosial.

Previously

Fakta-Fakta Menarik Pernikahan Al Ghazali dan Alyssa Daguise

Next

Pesona Busana Pengantin Sunda Alyssa Daguise dan Al Ghazali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Showbizline
advertisement
advertisement