Bittersweet of Life Farel Prayoga: Terkenal Sekejap, Terluka Mendalam
Kisah menyentuh Farel Prayoga, dari anak pengamen hingga viral di Istana, namun kehilangan segalanya karena dikhianati keluarga. Kini, ia bangkit lagi dengan harapan baru.

Showbizline – Tak semua kisah viral berakhir bahagia. Farel Prayoga, bocah asal Banyuwangi yang mengguncang Istana Negara lewat lagu “Ojo Dibandingke” di Hari Kemerdekaan RI, kini menghadapi kenyataan hidup yang pahit.
Belum genap 15 tahun usianya, Farel sudah mengalami kerasnya kehidupan yang sebenarnya tak pantas dirasakan seorang anak.
Ia menyimpan luka yang dalam, bukan dari orang asing, tetapi dari keluarga yang seharusnya melindungi dan mencintainya.
Di balik senyumnya yang sederhana, tersimpan kisah getir tentang eksploitasi, kekerasan, dan kehilangan yang menyayat hati.
Dari puncak popularitas, Farel terjatuh dalam jurang pengkhianatan, luka batin, dan kehilangan. Tapi seperti matahari yang selalu terbit esok hari, Farel memilih bangkit dan berjuang lagi.
Dulu Hanya Anak Kecil yang Ngamen demi Makan

Sejak usia delapan tahun, Farel sudah mengenal jalanan. Ia bukan anak artis, bukan pula dari keluarga berada.
“Dari kelas 2 SD aku udah ngamen. Awalnya minta sendiri ke bapak. Tapi lama-lama, ngamen itu jadi kewajiban. Kalau nggak ngamen, ya nggak makan,” cerita Farel dengan suara lirih saat berbincang dengan Denny Sumargo di kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo.
Yang membuat lebih pilu, ia mengaku mendapatkan perlakuan tidak layak dari ibu tirinya.
“Diusir, gak dibolehin tidur, disiksa. Katanya muka aku terlalu mirip sama ibu kandung, jadi setiap marah, aku yang dilampiaskan,” kenangnya.
Kenyataan Pahit: Ibu Tiri, Bapak Pemain Judi, dan Keluarga yang Kompak Menguras Uang

Ketika Farel viral dan rezeki mengalir deras, ia menyerahkan segalanya kepada orang tua. “Semua uang aku kasih 100% ke bapak dan ibu. Tapi ya, ternyata gak disimpan baik,” ujarnya.
Farel mengira, mereka akan menyimpannya untuk masa depannya, tapi kenyataan berkata lain.
“Uangku yang ratusan juta itu tiba-tiba tinggal Rp56 ribu. Padahal di ATM tertulis ada Rp100 juta lebih. Ternyata dibelikan kuda untuk kakakku. Mereka semua kompak—bapak, ibu, kakak. Satu keluarga skongkol,” ungkap Farel dengan getir.
Yang lebih menyakitkan, sang ayah pun terjerat judi online hingga akhirnya ditangkap polisi. “Aku tahu bapak suka main judol. Udah sering aku ingetin. Tapi gak digubris. Ya sudahlah. Aku cuma bisa doakan semoga ada efek jera,” kata Farel.
Luka Batin yang Tak Terlihat, Dari Nama Langgeng ke Farel
Nama aslinya adalah Langgeng Prayoga. Ia baru tahu bahwa ibu yang selama ini bersamanya adalah ibu tiri, ketika berusia delapan tahun.
Ibu kandungnya tinggal tak jauh di Banyuwangi, tapi hubungan mereka sempat membeku karena cerita buruk yang ditanamkan sejak kecil.
“Aku sempat benci ibu kandung. Karena dari kecil diceritain yang jelek-jelek tentang dia. Tapi waktu akhirnya ngobrol lewat telepon, ibu cerita kalau dia juga korban. Dia gak tahu bapak udah punya istri waktu menikah,” kata Farel yang kini perlahan membuka hati untuk sang ibu kandung.
Dari Istana ke Saldo Rp10.000

Momen paling membahagiakan dalam hidup Farel adalah saat tampil di hadapan Presiden Jokowi. “Geter banget, tremor, kayak mimpi,” katanya. Tapi dari titik tertinggi itulah, hidupnya justru berbalik arah.
“Habis, uangku bener-bener habis. Tinggal Rp10.000 di rekening. Bayar sekolah pun dibantu manajer,” ungkapnya dengan suara tenang namun menyimpan luka.
Masih Sayang, Tapi Tak Ingin Dimanfaatkan Lagi
Meski pernah disakiti, Farel tidak membenci keluarganya. “Aku masih sayang sama bapak. Bahkan, di keluarga aku paling sayang bapak. Tapi ya… aku pengen mereka berubah. Aku pengen mereka sadar,” ucapnya pelan.
Kini, Farel memilih fokus memperbaiki diri, dibimbing manajer barunya yang membantunya tumbuh menjadi lebih kuat dan mandiri.
“Ibu tiri sempat marah ke manajerku. Katanya aku jadi pinter, udah gak bisa dimanfaatin lagi,” ujar Farel, tersenyum pahit.
Harapan dan Mimpi, Jadi Pribadi yang Tidak Menyakiti

Meski telah melewati jalan yang terjal, Farel tidak ingin menyerah. Ia tetap bermimpi menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan suatu hari nanti, menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya kelak.
“Aku pengen jadi bapak yang gak mengintimidasi anaknya. Yang benar-benar ngajar dan sayang,” katanya penuh harap.
Bagi Farel, dunia belum selesai. Ia ingin tetap berkarya, tetap menyanyi, atau apapun nanti bidangnya, asalkan bisa membahagiakan dirinya sendiri. “Aku pikir, ini saatnya aku bahagia sendiri dulu,” ucapnya.
Dunia Akan Selalu Berputar

Kisah Farel Prayoga mengajarkan kita bahwa hidup tidak selamanya di atas, dan luka terdalam bisa datang dari orang yang paling dekat. Tapi juga bahwa harapan akan selalu ada, jika kita memilih untuk bangkit dan melangkah.
Ia bukan sekadar anak viral yang pernah bernyanyi di istana. Ia adalah bukti hidup bahwa ketabahan bisa lahir dari kehancuran, dan cahaya bisa muncul bahkan dari lorong yang paling gelap.
“Mimpiku ya dari viral itu, bisa bahagiain keluarga. Tapi ternyata, uang dan keluarga yang bikin semuanya hancur,” tegas Farel Prayoga.
Farel memang sosok laki-laki pejuang. Namanya kini tak lagi setenar dulu, namun ia tetap akan berjuang mewujudkan impian demi impiannya yang masih tersisa, dari titik nol lagi.
Roda kehidupan akan selalu berputar, dan Farel mengaku tak pernah takut apa yang akan terjadi ke depannya. “Ngalir aja ya, orang-orang mau gimana terserah. Cuman aku kayak masih ingin tetep keluarin karya,” tandasnya.