Fenomena Goshiwon dan Alasan Gen Z yang Tak Lagi Ingin Punya Rumah
Menurut Bloomberg Technoz dan JakPat, lebih dari dua pertiga Gen Z Indonesia tidak yakin bisa membeli rumah dalam waktu dekat.

Showbizline – Gen Z, yang lahir antara 1997 hingga awal 2010-an, hidup di tengah realitas ekonomi baru. Harga properti di kota besar tak lagi terjangkau, bahkan bagi pekerja profesional.
Di Jakarta, Bandung, dan kota besar lain, harga rumah melonjak jauh lebih cepat dibanding kenaikan pendapatan.
Menurut Bloomberg Technoz dan JakPat, lebih dari dua pertiga Gen Z Indonesia tidak yakin bisa membeli rumah dalam waktu dekat.
Bahkan 36% di antaranya menyatakan tidak tertarik membeli rumah karena kondisi ekonomi, gaya hidup, dan biaya hidup yang tinggi.
Hunian Mikro: Solusi Praktis ala Gen Z
Belakangan, generasi muda lebih memilih hunian yang disewa, namun mampu menunjang kebutuhan lain seperti gaya hidup, efektivitas, dan realistis.
Goshiwon di Korea Selatan: Simpel, Murah, Fungsional
Goshiwon adalah kamar super mini di Korea Selatan yang biasanya berukuran 3–5 m². Meski kecil, goshiwon dilengkapi tempat tidur, meja, dan kamar mandi (kadang sharing).
Harganya jauh lebih murah dibanding apartemen standar dan tidak memerlukan deposit tinggi. Banyak pelajar, freelancer, dan pekerja muda memilih tinggal di sini sebagai solusi efisien dan ekonomis.
Hunian Mikro Lain: Capsule Apartment hingga Co-Living
Fenomena serupa juga terjadi di kota-kota besar dunia. Di Tokyo, New York, bahkan Jakarta, hadir konsep capsule apartment, studio mikro, dan co-living space yang menawarkan efisiensi tinggi, terutama bagi individu dengan gaya hidup mobile.
Mengapa Gen Z Memilih Menyewa daripada Membeli?

Beberapa alasan pun dikemukakan oleh Gen Z ketika mereka memilih untuk tidak membeli rumah dan hanya menyewa.
1. Biaya Awal Lebih Ringan
Membeli rumah butuh uang muka besar, biaya notaris, pajak, hingga cicilan jangka panjang. Sebaliknya, menyewa memberikan fleksibilitas dan pengeluaran lebih terkendali.
2. Fleksibel untuk Pindah-Pindah
Pekerjaan yang serba hybrid dan remote membuat banyak Gen Z enggan terikat di satu tempat. Hunian sewa atau mikro memberi kebebasan berpindah kota tanpa beban properti.
3. Lokasi Strategis dan Gaya Hidup Urban
Hunian mikro seperti goshiwon atau apartemen sewa biasanya berada di pusat kota, dekat transportasi umum, kantor, dan pusat hiburan.
Tantangan Hunian Mikro
Di sisi lain, hunian mikro juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut juga harus dipikirkan dengan bijak.
1. Keterbatasan Ruang dan Privasi
Tinggal di ruangan sangat kecil bisa menimbulkan tekanan mental, apalagi jika dilakukan dalam jangka panjang. Minimnya ventilasi dan privasi membuat beberapa orang rentan stres.
2. Tidak Cocok untuk Jangka Panjang atau Berkeluarga
Hunian mikro lebih ideal untuk individu atau pasangan muda. Ketika masuk tahap hidup berkeluarga, kebutuhan ruang akan meningkat drastis.
Fenomena Gen Z di Indonesia: Sewa adalah Jalan Tengah
Data dari GoodStats dan Snapcart menunjukkan bahwa mayoritas Gen Z Indonesia saat ini lebih memilih menyewa karena:
Belum siap secara ekonomi (36%)
Lebih murah daripada beli rumah (22%)
Dekat dengan pusat kota atau tempat kerja (18%)
Skema rent-to-own juga mulai dilirik, di mana penyewa bisa membeli rumah setelah masa sewa tertentu, tanpa harus bayar DP besar di awal.
Masih Ada Mimpi Punya Rumah
Meskipun menunda, keinginan Gen Z untuk punya rumah tetap ada. Menurut survei Snapcart 2024, 60% responden Gen Z tetap berencana membeli rumah di masa depan, saat kondisi keuangan lebih stabil.
Gen Z tumbuh dengan pemahaman bahwa memiliki rumah bukan satu-satunya simbol kesuksesan. Fleksibilitas, lokasi strategis, dan gaya hidup adaptif jadi pertimbangan utama.
Dalam realitas harga properti yang tidak masuk akal, pilihan hunian mikro atau sewa menjadi jalan keluar paling realistis—setidaknya untuk sekarang.